Friday, 23 October 2020

Perginya dia dengan lafaz pernikahan (Part 2)

Aku setia berada di sebelahnya sehinggalah lafaz "SAH" diungkapkan. Saat itu jugaklah, hancurnya hati dan perasaan aku - yang takkan mungkin dicantum kembali. 

Dia pusing ke arah aku, peluk. "Tahniah", perlahan aku bisik di telinganya. 

Tak lama untuk aku mampu bertahan. Aku keluar dewan - ke sebelah belakang. Ya, aku menangis. Menangis sepuasnya. Tuhan je yang tahu betapa remuknya, retaknya, sakitnya hati ni. Aku call kawan aku - bagitahu dia semuanya dah setel. Lama aku duduk di luar dewan - mencari ketenangan, mencari kekuatan untuk aku kembali melangkah masuk ke dewan.

Nafas ditarik sedalamnya lalu aku mulakan langkah.

Aku nampak si dia dari jauh. Masih cantik. Masih aku sayang. Masih aku rindu. Masih aku dambakan. Sayangnya, bukan hak aku dah.

The hurt, regret and despair at seeing the person you love marry to someone else is a bitter pill to swallow. And... it should have been me.